Kemunafikan di Lingkungan Sekolah
Kelompok 3
Joshua Tambatjong
Reinaldy Mokaliran
Linda Lingas
Geofanny Worabai
Pratika Sasube
Helen Manua
SMA LOKON ST.NIKOLAUS TOMOHON
2012
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan YME karena atas berkat dan tuntunanNya kami
bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami buat dalam
memenuhi tugas agama, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada
guru mata pelajaran Bpk. Goan Worung yang telah membimbing kami dalam
penyelesaian makalah.
Makalah ini bertema “Kejujuran” dan kami mengangkat judul “Kemunafikan
di Lingkungan Sekolah”. Kiranya beberapa penjelasan yang kami sajikan
dapat berguna bagi para pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
makalah ini, dan mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kata dsb.
Untuk itu, kami siap menerima kritik dan saran dari para pembaca.
Terima kasih.
Tomohon, 24 Agustus 2012
Penulis
Bab I
Pendahuluan ………………………………………………………………………… 4
- Latar Belakang
- Tujuan Penulisan
- Manfaat Penulisan
Bab II
Isi ……………………………………………………………………………………… 5
Bab III
Penutup ……………………………………………………………………………… 12
- Kesimpulan
- Saran
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di
zaman modern ini interaksi sosial sangat berperan dalam kehidupan
bermasyarakat, dimana kita sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup
tanpa orang lain. Dalam interaksi sosial ini dituntut suatu “kejujuran” yakni adanya saling keterbukaan secara psikologis maupun rohani dengan sesama.
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Bila seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena maka
seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena
tersebut. Bila seseorang itu menceritakan informasi tentang
gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perubahan” (sesuai
dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut
dengan jujur.
Menanamkan
nilai kejujuran, terutama di lingkungan sekolah terasa semakin sulit.
Salah satu penyebabnya adalah krisis kejujuran yang akhirnya menyebabkan
penyimpangan dimana seseorang berlaku “munafik”.
B. Tujuan Penulisan
- Memenuhi tugas makalah Agama
- Mengetahui pengertian kejujuran dan munafik
- Membahas contoh krisis kejujuran di lingkungan sekolah
C. Manfaat Penulisan
- Mendapat pencerahan dari ayat-ayat alkitab dalam menghadapi orang munafik
- Dapat menilai sebab dan akibat dari kemunafikan seseorang
- Menjadi bekal psikologis dan rohani dalam kehidupan
BAB II
ISI
A. DEFINISI TENTANG KEMUNAFIKAN
Berikut ini merupakan definisi kemunafikan menurut anggota-anggota kelompok kami.
ü Kemunafikan adalah sifat seseorang yang “berwajah dua”. (Joshua Tambatjong)
ü kemunafikan adalah sifat seseorang yang selalu berbuat tidak sesuai dengan perbuatannya. (Reinaldy Mokaliran)
ü kemunafikan merupakan salah satu tindakan yang tidak jujur. (Geofanny Worabai)
ü Kemunafikan adalah sifat dari seorang yang berusaha berlaku baik didepan orang yang sebenarnya tidak dia sukai. (Helen Manua)
ü Perbuatan yang dilakukan untuk menutupi kesalahan. (Linda Lingas)
ü Perlakuan
manis seseorang yang hanya nampak di depan, tetapi bertolak belakang
dengan perkataan orang tersebut dibelakang. (Pratika Sasube)
Beberapa
definisi tersebut merupakan opini tentang kemunafikan dari anggota
kelompok kami. Dari hasil pemikiran tersebut, dapat disimpulkan bahwa
definisi dari “kemunafikan” adalah Suatu perilaku dimana seseorang
berusaha menyembunyikan kesalahannya dengan bersikap manis di hadapan
banyak orang, tetapi nyatanya apa yang diperbuatnya bertolak belakang
dari setiap kata yang ia ucapkan.
Adapula arti dasar kata munafik dilihat dari segi agama: “Menyatakan sesuatu hal namun tidak menjalankannya.”
Apakah Anda seorang munafik?
Bagian
ini berisi kecaman yang sangat keras kepada orang-orang Farisi dan para
ahli kitab. Saat kita menelaah ayat-ayat yang semacam ini, sangatlah penting untuk
menelaah ayat-ayat ini dengan sikap hati yang benar karena jika kita
mempelajarinya dengan sikap hati yang salah, bukan saja kita tidak akan
diberkati, akan tetapi berkat itu bisa berubah menjadi kutuk. Artinya,
hal yang seharusnya menjadi berkat bisa berubah menjadi kutuk jika
ayat-ayat itu tidak dipelajari dengan sikap hati yang benar atau
dimanfaatkan secara benar. Itulah sebabnya mengapa Paulus berkata bahwa
dirinya dan juga pelayanan pemberitaan Injil adalah keharuman kehidupan
bagi sebagian orang namun juga bau kematian bagi sebagian yang lain.
Injil yang sama bisa menjadi alat kematian bagi mereka yang datang
dengan sikap hati yang salah.
Lalu
bagaimana kita harus mendekatinya? Sikap hati seperti apakah yang harus
kita miliki? Kita bisa saja memakai ayat-ayat semacam ini sebagai alat
untuk menghantam lawan kita dengan cara membandingkan mereka dengan
orang-orang munafik dan orang-orang Farisi, dengan demikian berarti kita
telah datang dengan sikap hati yang salah. Jika kita memandang ayat ini
sebagai menggambarkan orang-orang yang kita kenal, sambil mengecualikan
diri kita sendiri, maka kita telah datang dengan sikap hati yang
sepenuhnya salah, karena justru itulah sikap hati orang-orang Farisi.
Sikap
hati orang-orang Farisi dikabarkan di dalam Lukas 18:10-14, tentang
perumpamaan tentang Orang Farisi dan Pemungut Cukai. Di perumpamaan ini
orang Farisi itu berkata, "Aku bersyukur kepadaMu ya Allah karena aku
tidak seperti orang itu." Dan saya rasa, banyak dari kita, saat kita
membaca Matius pasal 23 ini, berkata, "Aku bersyukur kepadaMu ya Allah
karena aku tidak seperti orang Farisi itu. Aku tidak melakukan hal-hal
yang semacam itu. Mereka itu munafik, tetapi aku tidak. Aku selalu
menjalankan hal yang aku ucapkan. Dan aku selalu konsisten di dalam
perilaku yang kujalani sehari-hari." Di saat kita berpikir seperti itu,
sebenarnya kita sudah menjadi jenis orang yang sedang digambarkan di
dalam pasal ini.
Kalau
kita sudah mencamkan hal ini, maka kita akan meyadari betapa
berharganya pasal ini. Mengapa sangat berharga? Karena pasal ini adalah
uraian tentang penyakit rohani, atau gambaran gejala-gejala penyakit
rohani. Jika kita pelajari pasal ini dengan benar, maka kita akan tahu
apa itu gejala-gejala penyakit rohani yang bisa menjadi fatal bagi kita.
Dan jika kita ingin tetap sehat secara rohani, malahan kita tidak
sekadar ingin sehat secara rohani tetapi juga bertumbuh, maka kita harus
mewaspadai gejala-gejala ini.
Bisa
Anda katakan bahwa pasal ini, ringkasnya, adalah buku pegangan singkat
mengenai penyakit rohani dari seorang Kristen, atau setiap orang
beragama, setiap orang yang mengira bahwa dirinya itu rohani. Hanya jika
kita dekati pasal ini dengan cara seperti itu, baru pasal ini bisa
benar-benar menjadi berkat bagi kita.
Akan
tetapi jika kita menganggap pasal ini adalah alat untuk menghantam
lawan dengan cara menghina dia, maka kita telah kehilangan semangat
Kristus di dalam pasal ini. Saya menyampaikan hal ini supaya kita bisa
masuk ke dalam pasal ini sedemikian hingga pasal ini menjadi berkat bagi
kita dan kita tidak sampai bersikap seperti orang Farisi, "Orang-orang
lain semua seperti itu, terutama orang-orang Farisi, namun syukur kepada
Allah, aku tidak seperti itu." Jika kita pelajari gejala-gejala dari
penyakit rohani ini dengan hati-hati, maka kita akan melihat betapa kita
ini, seringkali, justru menunjukkan gejala-gejala tersebut.
Kita
tidak boleh membayangkan bahwa kata 'munafik' itu menunjukkan bahwa
orang-orang Farisi itu tidaklah tulus. Ini bukanlah definisi yang
alkitabiah mengenai kemunafikan. Namun kita akan bahas hal itu pada
kesempatan lain untuk lebih memahami lagi apa arti kata munafik itu.
Definisi dasar dari munafik itu diuraikan di pasal ini: artinya
menyatakan atau mengakui sesuatu hal namun tidak melakukannya. Hal ini
bukan berarti bahwa Anda secara sengaja tidak melakukannya. Maksudnya
adalah, tidak kira apapun penyebabnya, yang jelas Anda tidak
melakukannya. Itulah kemunafikan.
Saya
adalah orang yang munafik jika saya menyatakan sesuatu atau menyuruh
orang melakukan sesuatu namun saya sendiri tidak melakukannya, mungkin
saya tulus di dalam komitmen saya terhadap apa yang saya khotbahkan,
namun jika saya tidak melakukan apa yang saya khotbahkan, maka saya
adalah orang munafik.
Jadi
kita tidak boleh berpandangan bahwa orang-orang Farisi itu adalah para
aktor; bahwa mereka sedang bersandiwara. Ini jelas tidak benar secara
historis. Terlebih lagi, sebagaimana yang akan Anda ketahui, rasul
Paulus sendiri adalah seorang Farisi. Dan hal ini dia tunjukkan itu
secara konstan di saat ia diadili di hadapan pengadilan orang-orang
Yahudi. Paulus tidak berkata, "Aku dulu adalah orang Farisi," dia
berkata, "Aku adalah orang Farisi." Dia tidak berhenti menjadi orang
Farisi saat dia menjadi Kristen. Dan tak seorangpun yang akan menuduh
bahwa rasul Paulus adalah orang munafik ketika dia belum menjadi
Kristen, atau menuduhnya tidak memiliki ketulusan atau yang sejenisnya.
Pandangan yang menyamakan kemunafikan dengan ketidaktulusan adalah
kesalahpahaman yang memang telah menyebar sangat luas.
Ketidaktulusan
tidak termasuk dalam pengertian munafik. Kemunafikan itu sama seperti
hal yang terjadi pada kebanyakan orang Kristen, yang mengaku memegang
doktrin tertentu akan tetapi tidak menjalankannya. Itulah kemunafikan.
Adakah di antara Anda yang mau mengangkat tangannya untuk menyatakan
bahwa Anda selalu mejalankan apa yang Anda akui? Nah, dengan pengertian
yang seperti ini, kita menyadari bahwa pasal ini sedang berbicara kepada
kita. Dan Yesus memperingatkan para muridnya untuk menwaspadai ragi
orang Farisi. Apakah ragi orang-orang Farisi itu? Kemunafikan. Dan
gejala penyakit ini sangat menular di hati orang-orang beragama.
B. Masalah - Masalah Yang Diakibatkan Oleh Sifat “Munafik”
Wah, saya munafik sekali kalau dikatakan tidak menyukai dan melakukannya
Begitu kira-kira kalimat yang sering dimunculkan oleh para artis, bahkan mungkin juga oleh kita. kami melihat, definisi munafik sering hanya disalah artikan sebagai mengatakan sesuatu yang berlawanan dengan apa yang dia sendiri melakukannya. Padahal tidak segampang itu.
Misalnya, ada seorang pencuri, kemudian menasehati anaknya, "Nak kamu jangan mencuri." Apa kemudian pencuri itu dikatakan munafik? Tentu saja tidak. Sifat seseorang dikatakan munafik kepada seseorang jika dia tampak bersikap manis di satu sisi kepada orang lain tersebut, sedang di sisi lain, dia diam-diam menjegal orang lain tersebut. Pelaku kemunafikan, umumnya tidak tampak di permukaan, dia tidak akan pernah menjadi tertuduh, karena bisa jadi dia menggerakkan orang lain untuk menjegal yang lain.
Jadi, hati-hati menggunakan kata munafik untuk menuduh orang lain.
Kemunafikan,
merupakan subthema yang kami tarik dari tema kejujuran. Karena sifat
“kemunafikan” ini sudah tak lazim lagi kita hadapi dalam masyarakat.
Tidak hanya masyarakat biasa, pimpinan atau orang yang memiliki jabatan
yang tinggi pun sering memberlakukan sifat tersebut. Tetapi, dalam tugas
ilmiah ini, kami sekelompok ingin mengupas masalah-masalah mengenai
sifat kemunafikan yang terjadi dalam lngkungan sekolah maupun asrama.
· Masalah 1
Sumber : Siswa
Kasus : Sering sekali mencoba menjebak guru
Contoh :
1. Berpura-pura membaca buku, tetapi ternyata tidur di dalam kelas
2. tampaknya terlihat memperhatikan materi yang diberikan guru, tetapi ternyata malah memperhatikan yang lain.
3. membaca komik pada saat pelajaran sedang berlangsung.
4. bersikap manis di depan guru, tetapi menghina guru tersebut jika guru tersebut membuat salah padanya.
5. menyontek pada saat ulangan dengan trik yang tidak dapat diketahui oleh guru.
Fakta :
1. Siswa tersebut merasa bosan dengan pelajaran yang diikutinya
2. Siswa
merasa guru tersebut tidak profesional dalam mengajar dalam arti bahwa,
guru tersebut tidak bisa membawa kesan yang baik dalam pelajarannya
bahkan dapat dikatakan guru tersebut tidak berpengalaman dalam mengajar.
3. Siswa merasa fasilitas dalam belajar kurang lengkap
4. siswa memiliki masalah probadi sehingga tidak konsentrasi dalam pelajaran
5. Siswa tersebut memang malas belajar
· Masalah 2
Sumber : Pembina
Kasus : Sering berbicara seakan membina tanpa menyatakan suatu bukti.
Contoh :
1. Berlaku manis pada atasan, tetapi ternyata sebaliknya
2. semua kata-kata pembina bersifat menjanjikan tetapi sebenarnya tidak pada apa yang ada pada fakta.
3. Tidak dapat memberi contoh dengan baik
4. Mendidik dengan kasar dan membuat mental anak tersebut lemah.
5. Mengeluarkan kata-kata kasar yang dinilai tidak baik bahkan bersifta menghina
6. Yang
lebih parahnya lagi jika memberi teguran tidak dengan nasehat yang
mendidik tetapi dengan kata-kata yang bersifat mengancam.
C. Analisi Sebab – Akibat dari Masalah Kemunafikan
Sebab:
a. Ingin terlihat benar
Seseorang terbiasa untuk berbohong dan bersikap pura-pura tidak tahu alias munafik jika sedang dalam keadaan terjepit.
b. Agar masalah cepat selesai
Biasanya
masalah yang tak kunjung terselesaikan juga memacu niat seseorang untuk
menjadi munafik karena terkadang munafik itu dibutuhkan dalam suatu
masalah tapi hal ini malah membawa penyelesaian kearah yang negative.
c. Takut
Rasa takut membuat seseorang tidak ingin mengakui kesalahan yang dibuat diri sendiri maupun orang lain
d. Ingin menjatuhkan orang lain
Persaingan
membuat hubungan dengan sesama menjadi berantakan karena salah satu
pihak ingin menjatuhkan rival nya. Munafik menjadi salah satu jalan
pintas.
Akibat:
a. Terbiasa untuk menjadi munafik
Munafik
dapat menyebabkan ketergantungan. Disaat seseorang sudah merasakan
bahwa munafik itu “enak” maka kemunafikan yang dia lakukan bisa
berlanjut.
b. Membodohi diri sendiri dan orang lain
Disaat
dampak negatif dari munafik muncul dalam diri kita maka kita akan
menyadari bahwa munafik membodohi diri kita sendiri dan munafik juga
menipu orang lain.
c. Tidak dipercayai lagi oleh orang – orang
Disaat
orang-orang tahu bahwa anda adalah seseorang yang munafik dan suka
berbohong, maka mereka tidak akan percaya lagi pada anda sepenuhnya
karena mereka menganggap bahwa anda adalah orang yang berbahaya.
D. AYAT – AYAT ALKITAB MENGENAI KEMUNAFIKAN
Dalam
bagian ini, kita akan melihat secara jelas bagaimana firman Tuhan
bersabda mengenai kemunafikan. Berikut ini merupakan ayat-ayat alkitab
yang menjadi bimbingan kita mengenai sifat Kemunafikan.
1) Lukas 11:37-44
“
(37)Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk
makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan.
(38)Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.
(39)Tetapi
Tuhan berkata kepadanya: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan
bagian luar dari cawan dang pinggan, tetapi bagian dalammu penuh
rampasan dan kejahatan.
(40)Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam?
(41)Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu
(42)Tetapi
celakakah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar
persepuluhan inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan
keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan
diabaikan
(43)Celakakah
kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan
di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar.
(44)Celakakah
kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda;
orang-orang yang berjalan diatasnya, tidak mengetahuinya.”
Kami berpendapat bahwa salah satu dosa yang masih tetap aktual sampai sekarang adalah dosa kemunafikan.
E. Langkah-langkah Konkret Mengatasi Kemunafikan
· Berusaha bersikap jujur dalam situasi apapun.
· Membiasakan diri menyelesaikan masalah dengan sabar dan jujur.
· Tidak iri hati kepada orang lain.
· Menerima orang apa adanya
· Tidak memaksakan diri untuk menjadi seperti orang lain.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan
makalah ini dapat disimpulkan bahwa “munafik” itu berbeda pengertian
dengan “berbohong”. Munafik juga sendiri kadang membuat orang ketagihan
karena bersifat menguntungkan walaupun hanya sementara, padahal
dampaknya bagi orang tersebut merugikan diri orang yang berlaku munafik.
Hal yang paling ampuh dalam mengatasi kemunafikan yaitu “berlaku
jujur”. Dengan berlaku jujur, orang dengan mudah mengakui kesalahannya,
dan orang lain pun bisa melihat sisi baik dalam diri orang itu.
b. Saran
Di
zaman yang semakin modern ini, terkadang orang telah melupakan
kejujuran yang sebenarnya harus lebih ditingkatkan. “Munafik” adalah
sikap yang sekarang ini sedang trend di zaman globalisasi. Makalah ini dibuat dengan tujuan mengajak para pembaca terlebih kalangan pelajar untuk mulai mengatasi trend “munafik”
sekarang ini. Intinya adalah, marilah kita mengintrospeksi diri kita,
apakah sikap itu ada dalam diri kita atau tidak. Ada atau tidaknya hal
itu dalam diri kita, berusahalah untuk selalu mendorong diri kita
bersikap jujur dalam situasi apapun.
DAFTAR PUSTAKA
1 komentar:
Sands Casino Hotel & Spa - Singapore - Online Casino
Sands Casino Hotel & Spa. Located in the heart of Cotai Strip, Sands Casino Hotel and Spa will provide a safe and exciting gaming experience for every 샌즈 카지노 회원 가입 type of visitor
Posting Komentar